
Keterangan Gambar : Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto saat mengunjungi fasilitas ecoBali Recycling di Kabupaten Badung pada Sabtu (10/5).
BADUNG, dedonews.net – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mendorong masyarakat dan jajaran pemerintah daerah (Pemda) di Provinsi Bali untuk mengelola sampah secara lebih optimal, menyeluruh dari hulu ke hilir. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk pelibatan pihak swasta dalam upaya tersebut.
Dalam kunjungannya ke fasilitas ecoBali Recycling di Kabupaten Badung pada Sabtu (10/5), Bima mengungkapkan bahwa masyarakat Bali memiliki potensi besar dalam mendukung keberhasilan pengelolaan sampah. Selain budaya religius yang kuat, Bali juga didukung oleh pertumbuhan industri hotel, restoran, dan kafe (horeka) yang signifikan.
Baca Lainnya :
“Karena itu harus diiringi, diimbangi, dengan kesadaran di hulu untuk memilah dan memilih. Saya kira kepala daerah bisa mengkoordinasikan camat, lurah, kades, banjar untuk fokus di hulu ini,” ujar Bima kepada awak media.
Ia menilai, sebagian besar persoalan sampah yang dihadapi selama ini terjadi pada sektor hulu. Meskipun teknologi canggih telah diterapkan, pengelolaan tetap tidak akan maksimal jika persoalan awal tidak ditangani secara efektif. Oleh sebab itu, Bima menyebut perlunya sistem yang mampu mengurai masalah sejak dari sumbernya.
“Ini perlu kebijakan, perlu penganggaran. Jadi ini akan saya bawa ke Satgas [Pengelolaan] Sampah untuk dirumuskan formulanya seperti apa,” tambahnya.
Lebih lanjut, Bima menyoroti tingginya volume sampah di Bali akibat dominasi industri horeka. Hal ini, menurutnya, membutuhkan penanganan ekstra dan perencanaan yang matang. Ia berharap Bali bisa menjadi daerah percontohan dalam pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
Selain itu, pemerintah pusat juga berencana mendorong kota-kota besar yang memiliki volume sampah tinggi untuk menyiapkan lahan incinerator sebagai bagian dari strategi waste-to-energy. Namun, hal tersebut tetap harus dibarengi dengan kesiapan sistem pengelolaan sampah secara menyeluruh.
“Di hulunya dipilih-dipilih, kemudian di hilirnya ada offtaker-nya. Jadi waste-to-energy itu jelas, nanti bisa berdaya maksimal dibeli oleh siapa,” pungkasnya.